Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمُعاذٌ رَدِيفُهُ عَلَى الرَّحْلِ قَالَ يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قَالَ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ قَالَ يَا مُعَاذُ قَالَ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ ثَلَاثًا قَالَ مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُخْبِرُ بِهِ النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوا قَالَ إِذًا يَتَّكِلُوا وَأَخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا
Ishaq bin Ibrahim menuturkan kepada kami. Dia berkata; Mu’adz bin Hisyam menuturkan kepada kami. Dia berkata; Ayahku menuturkan kepadaku dari Qatadah. Qatadah mengatakan; Anas bin Malik menuturkan kepada kami bahwa suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Mu’adz berboncengan di atas seekor hewan tunggangan. Nabi bersabda, “Wahai Mu’adz bin Jabal.” Dia menjawab, “Saya penuhi panggilan anda dan siap membantu anda wahai Rasulullah.” Beliau berkata, “Wahai Mu’adz.” Dia menjawab, “Saya penuhi panggilan anda dan siap membantu anda wahai Rasulullah.” Sebanyak tiga kali. Lalu beliau bersabda, “Tidaklah seorang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari hatinya melainkan Allah pasti haramkan untuknya kekal di dalam neraka.” Lalu Mu’adz mengatakan, “Wahai Rasulullah, bolehkah saya mengabarkan berita gembira ini kepada orang-orang sehingga mereka senang karenanya?”. Maka beliau menjawab, “Jangan dulu, sebab kalau begitu maka akan membuat mereka menggantungkan harapan dan tidak beramal.” Lalu menjelang kematiannya Mu’adz menyampaikan berita itu karena khawatir berdosa -karena menyembunyikan ilmu- (HR. Bukhari dalam Kitab al-Ilm, bab man khassha bil ilmi qauman duna qaumin karahiyatan anlaa yafhamuu)
Hadits ini memberikan banyak pelajaran berharga, di antaranya adalah :
- Tawadhu’ pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Memanggil tiga kali demi memfokuskan perhatian murid
- Bolehnya berboncengan di atas hewan tunggangan atau kendaraan selama masih kuat dan tidak menyulitkan hewan atau kendaraan tersebut
- Bolehnya memanggil orang langsung dengan namanya
- Keutamaan tauhid dan ia merupakan sebab masuk ke dalam surga
- Iman tidak cukup di hati tapi harus diikrarkan dan dikabarkan kepada orang lain
- Semua sesembahan selain Allah adalah sesembahan yang batil
- Penetapan kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Hendaknya menyebut Nabi dengan panggilan atau sebutan yang sopan
- Sopan santun para sahabat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Hendaknya seorang murid bersikap sopan dan menghormati gurunya
- Tidak sah keimanan orang yang ber la ilaha illallah kecuali setelah bersaksi Muhammad adalah utusan Allah
- Kewajiban membenarkan sabda Nabi dan melaksanakan perintahnya serta menjauhi larangannya dan tidak boleh beribadah kepada Allah kecuali dengan syari’atnya
- Salah satu syarat sah syahadat adalah harus dilakukan dengan jujur dari dalam hati
- Pentingnya amalan hati
- Peringatan dari bahaya kemunafikan
- Penetapan adanya neraka dan siksa yang ada di dalamnya
- Yang berhak memasukkan orang ke surga atau neraka hanya Allah
- Orang bertauhid yang dihukum di neraka tidak akan kekal di sana tapi pada akhirnya juga akan masuk surga
- Bolehnya menyembunyikan ilmu kepada sebagian orang karena adanya maslahat
- Hendaknya mempertimbangkan maslahat dan mafsadat dalam hal dakwah atau ta’lim
- Dianjurkannya memberikan kabar gembira kepada sesama muslim selama tidak menimbulkan dampak negatif
- Hendaknya menyeimbangkan antara rasa harap dengan rasa takut
- Amanat di pundak para ulama dan penuntut ilmu untuk mendakwahkan ilmunya kepada masyarakat
- Hendaknya seorang muslim merasa takut kepada Allah atas dosa yang dilakukan
- Sikap amanah pada diri para sahabat dalam menyampaikan hadits-hadits Nabi
- Hukum itu berlaku bersama sebabnya, ada dan tidak adanya
- Kalau para sahabat saja dikhawatirkan meninggalkan amal karena mengetahui suatu ilmu -kabar gembira bagi ahli tauhid- maka orang-orang setelah mereka tentu lebih dikhawatirkan terjerumus ke dalamnya
- Di dalam hadits ini juga terkandung dorongan untuk berlomba-lomba dan bersungguh-sungguh dalam beramal salih
- Di dalam hadits ini juga terkandung keutamaan yang sangat besar pada diri Mu’adz bin Jabal
- Hendaknya para da’i memperhatikan kondisi keimanan mad’u/orang yang didakwahinya
- Hadits ini juga menunjukkan besarnya semangat para sahabat dalam meraih kebaikan untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain
- Di dalam hadits ini juga terkandung kewajiban untuk menyampaikan ilmu
- Menyembunyikan ilmu tanpa maslahat adalah dosa
- Para sahabat adalah orang yang sangat takut melakukan dosa
- Dakwah tetap dilakukan selama hayat masih dikandung badan
- Dan faidah lainnya yang belum saya ketahui, wallahu a’lam.